Stop Kekerasan Pada Anak!

 

Kalau ketemu orang asing, jangan mau ikut, diajak, dikasih apa-apa. Jangan mau, langsung teriak saja. Minta tolong! Waspadalah!

      

Stop Kekerasan Pada Anak!
Stop Kekerasan Pada Anak!


Baru-baru ini, saat membereskan kamarku aku menemukan tulisan itu di buku diariku saat kelas satu SD tahun 2013. Aku masih ingat, saat itu ibu guru mengingatkan teman-teman untuk berhati-hati dan tidak ikut saat diajak orang yang tidak dikenal. Ibu guru berkali-kali mengingatkan kami agar waspada karena saat itu kelas kami baru saja kemasukan orang gila! 

Baca Juga: Merdeka Belajar dari Rumah

Stop Kekerasan Pada Anak!
Orang tua harus memberi contoh yang baik pada anak

Ceritanya, kami sedang mengaji di kelas dan tiba-tiba ada keributan di luar, lalu pintu kelas kami terbuka dan ada orang gila masuk dengan membawa botol bekas dan memukul-mukulkan botol itu ke meja. Semuanya menjadi takut dan histeris. Untungnya, setelah itu ada satpam yang membawa orang gila itu keluar dari sekolah. Seram banget, kan!

Beberapa hari lalu, aku menonton webinar Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI bertema Anti Kekerasan Berbasis Gender. Aku kaget saat tahu data kekerasan pada anak menurut UNICEF pada 2015 menyedihkan. Ada 50% anak dirundung di sekolah dan 26% anak dihukum fisik di rumah.

Menurut survei KPPA, ada 3296 anak perempuan & 1319 anak lelaki menjadi korban kekerasan dalam kurun waktu 6 bulan di tahun 2020.

Stop Kekerasan Pada Anak!


Kata Bu Gisella, psikolog dari Yayasan Pulih, kekerasan banyak terjadi di rumah! 

Pelakunya adalah anggota keluarga. Menurutku mereka kasihan. Anak-anak seharusnya dilindungi di rumah eh malah mengalami kekerasan oleh anggota keluarga.  Tak hanya itu, kekerasan juga banyak terjadi di sekolah. Pelakunya adalah teman sendiri.         

Stop kekerasan pada anak
Kekerasan bisa berupa fisik, seksual, psikis dan penelantaran

Saat kelas 5 SD,  temanku Ading mengamuk karena temanku yang lain, Lulu tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di depan kelas sehingga tim mereka kalah saat cerdas cermat. Memang saat itu Ading sering mengamuk, tidak ada yang tahu ia ada masalah apa. Ia sering tiba-tiba emosi, semuanya takut padanya.

Kejadian lainnya, temanku Dito marah-marah karena ditinggal pergi ke masjid. Padahal, saat itu aku dan teman-temanku bertiga tidak tahu ia masih di kelas dan tertinggal. Akhirnya ia memarahi kami bertiga dan entah bagaimana ceritanya, ia menggigit tangan Nini!  

Ya, Kekerasan memang bisa terjadi di sekolah dan bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk teman.

Apa yang harus dilakukan untuk mencegah kekerasan?

Orang tua dan ibu bapak guru di sekolah selalu memberitahu kami untuk selalu waspada dimana pun kami berada. Kami dilarang untuk mengikuti ajakan orang lain yang tak dikenal, apalagi kalau orang itu memberi kami makanan atau mainan.

Stop Kekerasan Pada Anak!


Aku pernah membaca buku yang mengajarkan tentang bagaimana menjaga diri, contohnya kita tidak boleh membolehkan siapa pun memegang tubuh kita kecuali orang tua dan dokter ketika kita diperiksa. 

Kita juga tidak boleh membuka pakaian kita di depan orang-orang, meskipun orang itu adalah orang tua atau saudara.

Seperti ibu temanku, saat les renang ia mengganti baju temanku di depan umum, padahal usia temanku juga sudah besar, bukan lagi bayi ataupun balita. Alasannya karena malas mengganti baju di kamar mandi karena mengantre. Padahal itu tidak boleh dilakukan.

Apa yang kita lakukan ketika terjadi kekerasan di sekolah?

Kita harus melapor. Melapor ke orang yang lebih dewasa seperti guru atau orang tua, mereka akan membantu kita untuk menyelesaikan masalahnya. Kita juga harus saling menghargai sesama teman, agar tak terjadi masalah kekerasan lagi. 

Stop kekerasan pada anak

Sumber Foto: Webinar dan 

Pixabay.com

Posting Komentar

15 Komentar

  1. Wah saya setuju nih, pentingnya keterbukaan antara orang tua dan anak, supaya anak bisa bilang misalkan hal-hal yang tidak diinginkan ini terjadi, seperti halnya kekerasan di sekolah ini

    BalasHapus
  2. Kampanyenya keren, Nai 🤩 lanjutkan yaa.. agar anak2 Indonesia punya keberanian untuk melawan tindakan buruk, jadi semakin banyak anak yg kuat, berani, dan berprestasi

    BalasHapus
  3. Ah ya.. Lingkungan..
    Seiring bertambah usianya anak sya, saya semakin waswas sm lingkungan yang dia hadapi.
    Ada rasa takut, khawatir, cemas lebih takut ke bullying itu. Karena secara ga langsung bullying efeknya ke mental health.
    Makin anak besar dan ngerti main keluarmakin ngeri mamanya 😅😅

    BalasHapus
  4. Ajarkan anak memiliki rasa malu, berpakaian yang sopan, berani berkata tidak, membela diri sendiri dan bagaimana mencari bantuan. Sepertinya orangtua jaman sekarang banyak sekali pe er nya yang harus dituntaskan, mengingat tingkat kriminalitas semakin tinggi. Semoga dimudahkan untuk kita semua. Makasih untuk sharingnya mba

    BalasHapus
  5. Aku jadi kepikiran, data KPPA itu menunjukkan lebih banyak anak perempuan yang mendapat kekerasan, bahkan 2 kali lipat. Di luar gendernya apa, sekarang kan lagi masa pandemi. Pasti karena sering di rumah, anak-anak malah jadi bahan pelampiasan kekerasan. Yaampun kasihannya.

    Aku selalu berusaha, at least jika aku nggak seperti Mbak untuk mengkampanyekan stop kekerasan pada anak, aku akan mulai dari diri sendiri untuk menjamin anakku nggak mendapatkan itu nanti :")

    BalasHapus
  6. Keren banget ya tulisan Nailah! aku setuju bahwa kekerasan di sekolah harus dilaporkan dan kita tidak boleh diam saja. Kita harus berani untuk bersuara, kalau perlu yang lantang agar nggak terjadi lagi. Salut sama Nailah yang sudah menyadari pentingnya kesadaran tentang kekerasan ini!

    BalasHapus
  7. Nai, kamu keren banget!! Kecil berani bersuara kereeennnn. Terus kampanyekan stop kekerasan pada anak ya nai. KArena memang harus ada anak yang menyuarakannya.

    BalasHapus
  8. Asik juga bacanya... mengalir gitu 😄

    BalasHapus
  9. Bener banet, harus dibiasakan dari kecil yang namanya ganti baju ga boleh di tempat umum, harus di tempat yang tertutup. Mau itu anak laki-laki atau perempuan. Biar jadi kebiasaan juga nanti pas udah gede.

    Ngeri juga sekarang malah orang terdekat yang melakukan kekerasan ya, sedih :(

    BalasHapus
  10. Anak+anak memang harus diajarkan hal begini agar berani melawan kak kalau sampai terjadi hal yang tak diinginkan

    BalasHapus
  11. menciptakan lingkungan rumah yang kondusif dan ramah anak adalah kunci dan langkah paling sederhana dan paling awal yang bisa dilakukan untuk menjaga dan melindungi anak dari kekerasan baik di lingkungan lebih-lebih dalam rumah

    BalasHapus
  12. Memang seringkali yg terdekat yg sering kita anggap fine aja ternyata malah menjadi sumber utama kekerasan ya apalagi perempuan

    BalasHapus
  13. semoga tak ada lagi di bumi ini kekerasan terhadap anak, yang seharusnya dilindungi, dibimbing....
    terima kasih sudah berbagi Mbak...

    BalasHapus
  14. Anak dan perempuan memang potensi menjadi korban kekerasan seksual cukup tinggi. Makanya perlu diadakan edukasi di golongan ini agar dapat mencegah angka yang lebih tinggi lagi

    BalasHapus
  15. Di sekolah aku banyak kekerasannya. Tapi aku nggak berani ngelawan. hehehe. makasih Kak Nai tulisannya: memotivasi.

    BalasHapus